27 Ordeals of May

You see, from time to time we make mistakes. Right?
I know that, you know that? We're imperfect, we're human.
But why every single time I make a mistake I feel like a fucking failure.
Seharusnya gue ga gitu toh, seharusnya gue acknowledge it, aww shucks, get back up,
and do it better next time. But why, to me, its as if my mean thoughts just got a fucking confirmation.
SEE, LO BEGO.

Kemarin pas syuting sama Azzam di BSD, gue akhirnya nyetir mobil lagi setelah sekian lamaaa.
Dari hari pertama yang nervous gila, hari kedua yang masih nervous tapi sudah lebih pede, sampai hari ketiga gue udah pede woohoo pergi refleksi dan makan di AEON sama Azzam sampai akhir pas mau pulang gue nabrak tiang di tempat parkir dan mobil penyok...

I knew it. Like deep within my heart I knew that somethings bad gonna happen, and then it did.
I was hyperventilating for a while and I cried a few tears sambil diconsole sama Azzam, took a few breaths and went straight home.

I was ready to get yelled at, turned out mom was level-headed and laughed it off.
I mean yea we make mistakes, but this one is an expensive mistake. Granted, Im not the one whos gonna pay for it, but that actually makes this even shittier.

Azzam pakai nyeletuk, "Langsung takut nih tante gamau nyetir lagi kayanya."
Dan nyokap bilang gue payah mentalnya lembek and stuffs. Sambil ketawa ketawa but yeah thanks for the confirmation. Dont I know that.

Berikutnya soal kerjaan, kadang-kadang si editor suka whatsapp gue negur soal kesalahan gue atau semacamnya. Tapi yang menyebalkannya itu - gue pikir dari text dia judes nyebelin tapi pas ketemu biasa aja jadi asumsi gue, she just couldnt communicate well??? - cara penulisan teguran dia di text itu seakan akan gue ngelakuin kesalahan itu sering banget. Kalau sekali dibilangin kan Im not gonna do it next time ya, hal yang gue gatau atau kurang jelas, habis dibuat jelas ya gue ga bakal ulangin. Tapi kemarin... ugh... I had an off day aja, lightheaded habis tidur sore, paksa nulis dan probably gue kelupaan this and that, tapi tegurannya seakan akan gue dah sering banget ngelakuin itu.

Gue mau defend myself tapi kok rasanya sia-sia dan males jadi yaudah gue iyain aja apalagi yang salah ho oh ho oh got it noted ill do better next time. Terus gue diem... itu pikiran jelek jelek mulai masuk. I said to myself, lets not go there.... annnnddd yep, we're there. Gue tahu banget ya tuhan this isnt personal but... you see, i dont see myself as a writer, and me doing this work, honestly, i feel like a fraud. Dan sekalinya gue buat kesalahan, ya itu tadi, rasanya gue kayak dikasih konfirmasi kalau gue terbukti, i am a fraud.

Kayak this isnt right but it is. Gue tahu yang benar gue harusnya berpikir bagaimana, tapi ga bisaaaa.

Gue ga mungkin berfungsi toh kalau dikit-dikit kayak begini.

Mana duit invoice bulan Maret belom masuk juga sampe sekarang..

Dan lately I don't feel good about myself juga, dari ngaca sampai isi pikiran. Rambut gue lagi nanggung-nanggungnya, i dont feel sexy (tho lack of sex might be the culprit juga - pacar dua tapi dua duanya sibuk dan stress masing masing), dan karena itu rasanya semua hal jadi annoying.
The world not exactly all sunshines and rainbows ya. Gue nonton 27 Steps of May orang ketawa-tawa kan gila. Sengeri itu, gue tiba-tiba sadar, I am really living among these monsters. Orang diperkosa, trauma, jadi obsessive compulsive, diketawain. Kan ngentot. Filmnya agak artsy dan surreal dan simbolik ya awam gak mudeng ya wajar, tapi soal trauma... ya lo ga butuh wawasan sih, lo cuma butuh compassion. Kalah lo semua sama binatang. AAAAALLLLL THESE, snowballing rasanya, Ive been on edge ever since dan gue mudah tantrum dan breakdown.

Gosh I wanna press pause on life, can I?

Kemarin lusa gue ngobrol sama Azzam kayak eee udah lama kita ga berantem ya, be careful what u wished for, kemarin gue beneran berantem dong, over stupid things. Terus kebetulan Bagus ga ada, dan Azzam juga mau pergi, jadi gue kebetulan lagi panik juga karena mau ditinggal sendiri, dan gue kayak post IG story open invitation ngajak keluar makan dan ketakutan beneran terjadi dong - ga ada yg bales, i mean, ada, tapi malah ngobrol bukannya nemenin keluar. Rasanya kalo gini kayak ga punya temen... Anyway we parted on a sour note. Gue duduk di lantai kamar mandi fully clothed dan guyur badan pakai air dingin dari keran. It was nice, air dingin, di kepala mumet. I was sobbing for a while. Sekalian mandi akhirnya sambil masih sesegukan goblok, lalu capek sendiri, dan saat handukan gue udah tenang. Gue turun ke bawah, potong rambut, I look better now, gue cukuran, gue trim jembut, gue cuci muka dan pakai skincare, gue beberes apartemen dan nyapu, cuci piring, duduk makan, and finally I felt better. Sempat ngobrol sama Mas Deka juga soal serial TV dan film, terus... maaan, he was the most gentle straight male friend I've ever known kayaknya. Dia bilang kalau lagi merasa begini telepon aja aku kita ngobrol random. I mean, awww??? His presence bikin aman rasanya. God bless his luscious hair and gentle heart.

Dan kemarin Mama Maggie meninggal, gue nyamper ke rumah Paul dan Kyo untuk melayat. It was bittersweet. Gue senang bisa ketemu mereka mereka semua lagi, tapi sedih karena situasinya seperti ini. "Gue juga," kata Don Karto. "Susah kalau mau ngumpul lagi sekarang." Kemudian kita berdua bengong sambil merokok. Dia sih, gue cuma terima asapnya aja.

Mama Maggie, a super kind and warm that she is, naturally yang berduka dan datang banyak. Whole sets of journalists, students, friends, family, buanyak bangettt. Gue jadi berpikir, kalau gue mati, yang berduka dan melayat untuk gue banyak gak ya. Ada yang berpikir gak yak kalau gue, matter, di hidup mereka??? Selain keluarga dan Bagus, Azzam tentunya. Sedih sendiri. Hal ini juga ngingetin gue kalau kita lemah banget ya tuhan. One tiny misstep, you die. Dan kita gak tahu kapan timer kita selesai. (._.  )

GUE BENCI BULAN INI. 2 weeks left to go. Sigh.

- - -

Marah-marahnya udah dulu, ayo sekarang inget-inget hal yang disyukuri apa aja.
- Solo trip was nice! Dan perasaan bangga saat auditorium penuh sampai banyak yg lesehan, dan Azzam dan Mas Deka di samping. Hati rasanya penuh sekali! Plus, pihak PFS hangat semua.
- Syuting I Call Upon A Devil kemarin, technically akhir bulan lalu sih, tapi hawanya masih kebawa sampai sekarang.
- My Time At Portia is a whole lot of fun!!! Walaupun gue harus berulang kali ingetin diri sendiri, this is a game, not a chore, dont get stressed about it, take your time, play the way you want it. Phew.
- Bagus dan Azzam obviously. I love them so much. Lately kangen terus sama Bagus karena dia juga sibuk dan stress sama kantor trus pulang udah capek. Azzam juga berubah dan jadi lebih level-headed dan bisa console gue saat sedih. Sebelumnya boro-boro! Turned out he knows exactly what to say kok, dia bisa console orang! Hipotesa gue, sebelumnya dia udah block pikiran duluan sambil berpikir oh shit I dont know what to say, instead of really listens dan ngasih reaksi.
- Azzam pulang barusan, terus ngasih setangkai mawar layu barusan, norak bngt hhhh 😒🙄🙄😳 sebel...
- Mami bawain rendang, tiga hari gak keluar uang buat makan!
- Apalagi dong? Kok mendadak lupa. Ngomel dan ngeluh memang lebih mudah ya...

Comments

Popular Posts