A Cliffhanger

Hello, I know it's been 2 months...
But truthfully, last month is the wooooorst.

Uang gue tiba-tiba dipinjam bokap dengan iming-iming dibalikkin dengan ekstra, ya iyalah gue kasih. Terus fee nulis gue Juni Juli ga masuk-masuk dong... (baru masuk beberapa hari lalu, September!! Kan gila). Dan karena gue ga expect dua hal ini terjadi terus gue baru aja nekad beli Nintendo Switch, jadinya gue melarat.

For so long gue hidup dengan saldo tabungan 7 rebu perak, makan nasi pakai abon dan minyak wijen.. sampe akhirnya semua provision abis gue pulang ke rumah, itupun minta dijemput karena ga ada ongkos.
I dragged Bagus along with me sampai-sampai dia ikutan bokek juga.
It was the worst.

Jadi gue habiskan banyak waktu dengan tetap menulis walaupun berat banget ya tuhan like i want my money first... but since gue dibayar dari jumlah yang gue tulis gue gak bisa stop... malamnya menghibur diri dengan main Switch yang jujur aja seseru-serunya game yang gue mainin rasanya ada bitter aftertaste. :')

Even my birthday wasn't eventful.

On top of that, my nightmare came true.
Pendaftaran surat direktorat blabla itu dibuka, dan gue masih kurang 2 hal: SKCK (butuh ke mabes polri) dan bukti keuangan (yang lagi dipinjem bokap...).
Even then gue tetep mencoba masuk ke website buat daftar dan itupun gue gak berhasil masuk.
Macam rebutan tiket pesawat murah sampai website down gitu.
Sore harinya, 1000 kuota wawancara habis hingga Januari 2019.
And just like that, semua yang gue siapin selama ini gagal aja dalam beberapa jam gitu.
Rasa takut gelisah dan paranoid selama ini, all for nothing!
Bahkan belum apply for the actual visa, ini baru untuk surat maha ngehe itu.

So I cried. Called my mom. Dihibur, yang sebenernya gak ngaruh juga but it's nice nonetheless. Cried some more sampai sakit kepala dan mata pedes seharian. Then I fell asleep. Kemudian gue shut down for a while. I felt quite lost. My micro goal this past year kan ini yah... terus tiba-tiba pupus... gue gak punya plan B... naturally gue bingung... (I mean, sekarang pun masih bingung sih... but at least I'm not that saaad anymore?)

Setelah merasa cukup berkutat dengan emosi negatif, gue memutuskan untuk tetap menyelesaikan sisa requirements. Who knows ada lowongan lagi. Gak mungkin kan 1000 orang kemarin di grant surat itu semuanya. So maybe... just maybe...

Atau mungkin, this is a test or something.. universe wants to know how bad I want this.

Well, so bad!!!
YOU HEAR THAT?!
SO SO SO SO BAD.

Gue ke mabes polri bareng Bagus dua minggu lalu? Ugh birokrasi.
Dari jam 9 sampai jam 3 sore. Cuma buat selembar surat, yang sumpah gue gak ngerti apanya yang bikin lama. Oof terus ya, orang di sana NOSY semua. Kita semua cramped up in this tiny room, dan orang-orang kayak.. bikin SKCK buat apa.. mau kemana.. visa apa.. kerja apa.. this and that.. so nosy.

Ketemu this guy juga yang gelagatnya engga banget, dia udah pernah WHV ke Aussie dan ngasih petuah2 yang tidak diminta. I mean it's nice, dikasih informasi, but still.. snobbish sekali cara bicaranya. Dia sempat ngatain aborigin di sana juga "fuck maaan" katanya. Terlepas mereka emang beneran nyebelin apa engga, still a turn off. Bro-ish parah tingkah lakunya. I feel bad Bagus yang harus ngerespon dia ngomong karena gue banyakan diem saking males nanggapinnya. Dia bilang dia gak WHV lagi tapi sepertinya mau coba kerja jadi imigran gelap or something I dont care but good luck.. and dude, your teeth need some scaling. Yikes.

Anywaaaay, satu hal yang belum siap tinggal bukti keuangan dari bank. Bokap akhirnya ngebalikin uang "extra", the initial money belum dibalikin jadi tetep ga bisa bikin bukti keuangan, but at least I could breathe easier.

Lalu ada kabar bahwa kuota WHV akan ditambah dari pemerintah Australia. Noyce!
Is this the sign??? Mungkin semua ini hanya tertunda aja??

In the mean time... hahaha...
I got Tokyo to look forward too.
For whatever reason I feel like I deserve a consolation prize. Ha.
So I bought a ticket to Tokyo with Bagus.
November couldn't come sooner!

Comments

Popular Posts