what's more perfect than spending the last days of 2017 with your beloved ones (boyfriend, friends, family, and your insecurities)

Yesterday was a loooooong day.

I just spent my day with my best friends, but i swear to god, it was really taxing.
Gue, Ica, Stella, dan Will. Minus Evelyn.

I think it went along just fine at first, dari catching up (karena kita beneran baru bisa ngumpul kalau ada nikahan seseorang dan selebihnya tbh kita gak banyak ngobrol juga, i mean i know they were there, mereka pun tahu gue ada, i'm on Instagram everyday.. it's just.. y'know.. life happens?), ngetawain hal tolol, sampai teman gue mulai cerita soal usaha dia punya anak. It really was interesting, gue bisa lihat emotional growth dari teman-teman yang mendewasa berbarengan. Mereka dulu berantem ngambek-ngambekkan norak karena hal sepele bersambung dari kampus sampe ke parkiran mall Karawaci and now they're expecting a baby. A tiny human. In her belly! How cool is that??? I never care for this kind of thing, tapi ternyata rasanya beda kalau teman dekat yang mengalami. I'm tearing up just from typing this. But idk, I'm exhausted and I'm so emotional right now. It's 4.25AM!

Kemudian Dadar datang dan tiba-tiba gue jadi the odd man out - they're all marriage couple.
Tapi okelah, I could carry myself, right? I mean, they aren't strangers, they're my best friends.

Kemudian tiba-tiba pembicaraan berubah jadi soal gereja... Katholik this Kristen that...
Etapi perlu diketahui kalau sepanjang pembicaraan soal agama ini gak ada sama sekali unsur menjelekkan salah satu agama atau semacamnya ya...

Stella dan Will beda agama. Tapi ya mungkin memang gak seribet tetangga sebelah secara tuhan mereka kan sama, tapi paham lah ya siapa yang bikin ribet (selalu institusinya lah!) But thank God they seem aware soal itu dan mereka santai, lagipula fundamentally religion is supposed to be love and being kind, no??

BUT MAAAAAN IT'S DRAGGED ON FOR SO LONG. Mereka ngomongin pendeta, asik gak asiknya gereja x atau y, orangtua dan agama, ekspektasi, baptis anak, les pra nikah, sesuatu soal bahtera, point of view yang ditanamkan dari beda gereja bisa bikin bentrok rumah tangga atau apa gitu? (well, semua relationship pasti bentrok karena point of view gak sih, they are human beings after all, individually different?) etc etc... Gue yang gak relijius cuma bisa diem. To be fair, pas ngomongin pop culture Stella cuma bisa cemberut karena gak mudeng. Mungkin ini giliran gue. Fine.

Tapi kemudian isi kepala gue mulai spiralling. Hanya karena satu hal kecil yang dilakukan Dadar, dan tetiba gue mau menghilang rasanya. Gue lupa persisnya, tapi seingat gue Stella dan Will mulai adu silly banter, their usual antics lah, terus Dadar nengok ke gue dengan tatapan kayak paling mengerti sambil ngomong "lika liku pernikahan". It came off TO ME as a bit... hmmmm... patronizing? And I'm offended by it? Ya ngobrol berlima lo pasti liat ke orang yang ngomong sambil sesekali gantian lihat ke wajah sisanya kan, jadi saat itu gue cuma menerima tatapan itu dan kembali menghadap ke Stella dan Will. Kemudian kayak paper cut yang kena air, tetiba meresap dan berasa perihnya.
Let's get this straight ya, there's no malice behind that sentence. Gue yakin intentionnya ga begitu. Atau bahkan gak ada intent sama sekali. I'm trying to analyze this okay? Just to untie this uneasiness. It could be one of these three things, atau bahkan kulminasi dari ketiganya.

1. Yang lo pikirkan beneran tersirat dan terjadi, selamaaaat, lo enggak gila

Gue gak ingat jelasnya, tapi rasanya ada certain looks dilayangkan ke arah gue dan juga selentingan2 bercanda soal nikah dan punya anak yang dilontarkan dari.. no no no.

I don't trust my memory.

How am I gonna put this into words tanpa terkesan seakan gue mengantagoniskan satu orang ya... hmmmm.. Again, bisa aja ini semua cuma isi kepala gue aja atau gue yang terlalu sensitif. Tapi gue merasa (atau gue pikir gue merasa) ada pandangan mata dilayangkan ke arah gue yang seakan-akan mengatakan.. look-what-you're-missing-out-on.. Then the sentence came out of his mouth. Just like that. I'm triggered! At that point I thought, how dare you.

😞

............
............
............

Untuk mereka yang straight, biasanya, jalan ini memang sudah terpetakan bukan?
Pacaran - nikah - punya anak - and so on. That is the norm. And the majority of it, accepts it.
Good for you.

But I'm sorry.
It's harder for us queer people.
In. Every. Step. Of. The. Way.
Gue gak maksud mengecilkan atau pengen menang yeeey-gue-lebih-menderitaaaa, secara situasi orang-orang kan pasti beda. But come on, y'all having it easy, generally. Dari ga perlu takut gak diterima di masyarakat - dari yang paling kecil dulu deh, dengan keluarga sendiri, atau kecilin lagi deh, sama orang tua, kemudian teman-teman deket hingga tempat kerja - cuma karena ingin jadi diri sendiri seada-adanya. Ini hal fundamental bukan? Ga perlu sembunyi-sembunyi buat sayang sama orang, and all that entails. Pokoknya, I'm sure we could all agree, it's a privilege being straight.

Gue memang beruntung, gue gak pernah dibully siapapun, selain dikata-katain strangers ya tapi itu gak ada apa apanya dibandingkan yang mereka alamin. Nyokap gue terima gue dan sayang sama gue apa adanya. Begitupun dengan babeh dan papi. My family generally don't ask about pacar and the likes. If anything mereka lebih concern gue bakalan jadi orang apa enggak. Syukur beribu syukur gue gak dapat tekanan tekanan kayak teman teman gue yang lain, karena hal ini gue jadi super kritis dan jahat sama diri gue sendiri karena gue ngerasa gue punya tanggung jawab ekstra berat buat buktiin kalau gue bisa make up for them in another department. Seenggaknya gue gamau mereka khawatir gue bakalan jadi gelandangan entah dimana dan syukur syukur bisa pamper mereka suatu saat nanti.

True, I don't have what you guys have in common. I don't see myself getting married or expecting a child anytime soon, kepikiran pengen juga enggak. But of course I'm not limiting myself, never say never. But please don't act like I know nothing about it, gitu. I see you guys straight people everywhere. I've known you straight people since forever. It's practically shoved into my gay throat. Setiap hari. Dari dulu. If anything, elo yang gak tahu dan gak bakal tahu apa yang kita rasakan. Lagipula why bother yekan, the majority always trumps minorities since ancient times yekan?

So yeah, please don't rub your... straight way of living... on my face.
"Lika liku pernikahan"... pfft. I do those stupid banter with my boyfriend too!
Apa mungkin straight people pikir, for us queer people gaya pacarannya beda gitu ya?
Well, guess what... We do what you guys usually do.
Kita juga pingin kok hal-hal yang kalian pingin.
And you guys can have it all - (generally) EASIER.

2. Lo emang dramatis, berlebihan, and yes you are falling far behind. 

Ya iya lah parameter gue pasti orang-orang terdekat gue.
Sahabat-sahabat atau teman-teman seumuran gue hampir semuanya sudah berkeluarga, atau punya usaha. Mau sekeras apapun gue ngomong sama diri sendiri kalau semua orang jalannya beda-beda, I can't help but look around. Secara ini udah ngomongin rumah tangga, harga kamar rumah sakit buat melahirkan, BAHKAN ASURANSI, atau KPR rumah, cicil apartemen mobil, apalah, gimana gue gak ngerasa left behind????

Boro-boro asuransi gue aja deg degan duit di rekening gue cukup apa enggak buat makan tiga hari ke depan. If anything kalo gue AMIT AMIT KETOK KETOK mati besok siang gitu, I'm practically taking off some loads off of their shoulders, ga perlu asuransi sumpah.

Tapi masalahnya ini bukan salah siapa siapa selain gue sendiri. They earned all that.
Tapi semoga lo bisa paham perasaan gue paniknya dan takut karena ketinggalan ya.

In short, it's fucking shitty.
Dan most likely gue cuma projecting semua insecurities gue ke satu kalimat yang dilontarkan Dadar tadi sore. Atau mungkin posisi duduk di Publik Markette tadi dimana mereka berempat duduk berdampingan VS gue yang duduk seorang diri menghadap mereka bikin sirkulasi energi di meja kita gak baik. Entahlah.

It's easier to blame it on myself sih. Or the table setting. *shrugs*

3. Gue anaknya shallow gitu soalnya

Udah jelas susah lah ya keluar sama temen di umur segini.
Bahkan gue girang dan lega mau pergi ke luar tanpa Bagus ikut serta.
I love him but come on, dia lagi dia lagi HAHA. I need and I miss my friends!!!
Sadly my idea of having fun itu ya gak involve pembahasan soal agama dan asuransi aja sih.
Tapi mungkin mereka mereka yang suka bilang I LIKE TALKING ABOUT DEEP THINGS demen kali ngomongin hal itu.

- - -

HAH! 7.16 AM, dan gue masih melek??? Masa gue nulis beginian doang hampir tiga jam???
Oke oke oke, uhmmmmmmmmmm... after 3 hours of tapping into feelings and emotions, I do feel lightier now. Let's just end this on this note.

Dan gue berharap Stella dan Will gak ngasih nama anaknya dengan nama yang terlalu berat dan kebule bulean kayak.. Francesca Risotto Demogorgonia atau tiga nama depan kayak Edward Steven Jonathan dan diikutin Tranggono Suryadi atau apalah. You know, them chinese loooove those kind of names. Habis itu giliran Ica deh, lalu Evelyn perhaps.

Gak sabar jadi Uncle Cavin onyonyo... ❤️

Comments

Popular Posts