Movie Journal - Nov 2017 (10)

I Saw the Devil (Kim Jee-woon, 2010)


This movie is a battle of endurance. Brutal dan melelahkan.
Revenge flick biasanya diakhiri sama balas dendamnya kan,
kalau di film ini penjahatnya dikejar dan dilepas lagi, berkali-kali.
Gue suka sih tapi bagian teman penjahatnya yang ternyata serial killer juga, kanibal, dan tinggal di mansion luas itu rasanya jarring sekali. Gak grounded dan terlalu... apa ya...
It doesn't sit right aja buat gue.

The Long Excuse (Miwa Nishikawa, 2016)


Gue nonton dua film di Festival Film Jepang awal November lalu,
salah satunya film ini. Lihat posternya, lo pasti bisa ngerasain overall mood film ini bagaimana.
Sangat heartwarming dan gemas sangat. Sejatinya film ini tentang bromance. Kyaa.

Posesif (Edwin, 2017)


Gue kaget Edwin bikin film begini, habis biasanya arthouse gitu kan.
Putri Marino dan Adipati Dolkien main bagus di film ini, gak relevan tapi Putri ini cantik sekali, not pretty pretty you know, enak dilihatnya.

Awalnya gue pikir karakter Putri seperti nafas segar, kuat berpendirian dan gak menye-menye.. tapi setelah dipikir-pikir, loh karakternya di drive sama orang-orang sekitar. Pertama sama papanya, lalu sama pacarnya. Dan gak ketahuan sampai akhir dia sendiri maunya apa, ya selain mau masuk kampus UI.

Also adegan eksposisi kenapa karakter si Adipati freak begitu kayaknya terlalu on the nose dan kepanjangan deh ditunjukinnya. Kayak bisa lebih subtle mungkin? Terus seakan-akan adegan ini berusaha humanize karakter Adipati, yang ngomong-ngomong tetep gak bisa jadi excuse lo jadi freak ya. Dan langsung deh tuh Putri maafin semuanya dan mungkin dia punya messiah complex atau apa, he eh he eh aja mau kabur berduaan dasar abege. Trus juga karakter Adipati langsung yang 180 derajat jadi full on sadar kalau dia freak dan berusaha menjauh dari si Putri zzz. I found this quite problematic.

Butttt, all in all, Posesif really does differ from the usual Indonesian romcom. Rasanya senang lihat film romcom digarap serius, dari Galih dan Ratna lalu ini. Gak melulu jayus jejombloan ngepet. Cih.

Her Love Boils Bathwater (Ryota Nakano, 2016)


Film kedua di FFJ! Si Mama super ini baru tahu kalau dia kanker dan cuma punya waktu sedikit untuk hidup, jadi dia mempersiapkan dan mengumpulkan keluarga dysfunctional nya supaya mereka baik-baik saja saat dia dah gak ada. Don't let the poster fool you, sumpah posternya kayak film komedi gak sih. Akting si Mama dan si anak cewe dahsyat luar biasa, they practically carry the movie on their shoulder. Gue suka film yang jelas jelas tear jerker ini (menurut gue) berhasil dikemas tanpa perlu jadi melodramatis dan menye-menye. Gue gak malu nyedot ingus gegara nangis pas nonton film ini di bioskop karena gue gak sendirian!!

The Void (Steven Kostanski, Jeremy Gillespie, 2016)


Oooo this little movie is really fun! Gak buang waktu untuk mulai tensionnya, dan desain monster etc nya keren banget - dan menjijikkan juga pastinya! Somehow moodnya nostalgic, ngingetin sama The Thing atau film-filmnya Cronenberg. If you're looking for a decent eldritch horror movie, this one's for you!

Justice League (Zack Snyder, 2017)


Urgh. Film superhero tuh butuh penjahat yang beneran serem dan bahaya,
yang stakesnya berasa real dan bikin kita panik.
Ngancemnya mau hancurin dunia aja mulu, tapi bleh banget resolusinya.
Lah ini, sepanjang film civiliannya yang dikasih unjuk cuma serumah.
Pas Superman masih cranky gegara dibangunin paksa aja berantemnya di lahan kosong yang cuma ada polisi sebiji.
Trus army penjahatnya cuma monster lalet apalah itu, krik banget anjing.
Belom lagi CGI kumis Superman laughable banget...
Also beberapa scene CGI nya tolol banget kayak desktop windows.
Cyborg gak fleshed out karakternya, like I don't really care about him, dia cuma ada buat ngedrive plot. Lah buat gue yang awam, gue baru lihat dia kan di film ini. Bikin gue care napa.
Kalo gak gara-gara Wonder Woman, Flash, dan Blackpink on the background film ini bikin gue marah kayaknya.

In This Corner of the World (Sunao Katabuchi, 2016)


Nothing good comes out of war, okay.
Eh, kecuali film ini yang berhasil gambarin betapa serem dan pointlessnya perang lewat animasi dan gambar yang cantik banget. Meski dimanjain dengan animasi yang cakep dan warna-warna pastel, sumpah film ini bleak sekali. Kelar film ini rasanya dada gue didudukkin gajah.

Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak (Mouly Surya, 2017)


As a revenge flick, Marlina really delivers. It's really really fun.
Tapi kalau ngomongin soal isu feminisime atau patriarki yang dibawa film ini, menurut gue yaaa.. agak on the nose sih, but not really a bad thing juga kok, penonton Indonesia kan mesti diajari dan disuapin pelan-pelan ya :p

Marlina rapih banget, dengan sinematografi super cakep, musik ala western movie yang sumpah cocok banget dipasangin sama alam Sumba, akting oke (Dea Panendra sebagai Novi sukak banget!), dan yang pasti pacingnya enak jadi gak bikin penonton bosan.

Kalau mau nitpick, cuma satu sih... bajunya Marsha Timothy kayaknya kurang lusuh deh. Kayak masih baru banget beli di Sale Stock. Jia gitu.

Captain American: Winter Soldier (Joe Russo, Anthony Russo, 2014)


Bagus in three movies: Scott Pilgrim, Cabin in the Woods, dan Capt America Winter Soldier.
Jadi dia merongrong gue untuk nonton film ini dengan argumen, dia udah nonton banyak film gue tapi gue nonton film dia satu aja susah banget. Oke fine.
Etapi seriusan, Capt America probably the best superhero movie I've ever watched.
It's tightly paced and thrilling. Rasanya gak ada filler dan adegan yang gak penting.
Action sequences nya juga seru dan gritty!
Bagus pun lega.

Coco (Lee Unkrich, Adrian Molina, 2017)


Gila gak aneh Coco dibuatnya lama banget, animasinya amazing sekali.
Lo bisa lihat semua tekstur pakaiannya dan ngebayangin gimana rasa nyentuhnya.
Wool sweaternya Mama Coco kelihatan real banget astaga.
Dan rasanya fresh sekali lihat culture lain, spiritual pula.
Don't get me started on the Frozen short, mampus lu ditarik dari Coco.
Semua orang protes kan. Ya iyalah, bikin kesel jing.
Gak menarik, durasinya lama, nyanyinya banyak banget lagi.
Stop milking it Disney. It's getting stale at this point.
Apa cuma gue doang yang gak demen liat Olaf??? Gak lucu sumpah.

Gue baca twit entah siapa yang cerita kalau dia denger ada cewek dewasa di belakang dia pas nonton Coco komentar, "Itu peti matinya? Kok ada di luar sih?". SMH. Secondhand embarrassment rasanya!
Uhmmmmmm... mbak, there is such thing as OTHER CULTURE.
Idiot.

- - -

Gue seneng bulan November banyak nonton film bagus.
But really, Her Love Boils Bathwater is a winner!
Oh, udah bilang belum kalau film itu Oscar submissionnya Jepang tahun ini?
Secara premis sesungguhnya nothing new sih, tapi karakternya hidup sekali.
They make you care, make you laugh, make you cry, make you feel a lot of feelings!

Comments

  1. Anonymous14.12.17

    OMG aku nonton Her Love Boils Bathwater di pesawat waktu itu, dan udahannya mata merah karena nangis, sampai malu diliatin penumpang sebelah hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. KAN?! hehehee glad im not alone in this. ah kamu mah anonymous!

      Delete
  2. Mas Cavin bikin Letterboxd dooong~ Heuheu selalu suka rekomendasinya :3

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hey D, actually ini bukan pertama kali ada yg ajak aku bikin letterboxd.. huhu. Aku pingin sih tapi aku mikir... 1. Movie journal di blog ku bagaimana dong... 2. Aku ada account di Mubi... yang sebenernya gak ngereview juga sih aku cuma kasih film-film yang kutonton bintang hahaha 3. Aku sebenernya gak bisa ngereview film, someone else could review them so much better, in better words, in better sentences. Movie Journal ku lebih kayak.. kamu ngobrol sama temen terus nanya film X bagus gak, dan temenmu kayak IH GUE SUKA BANGET blablanya seru loh tapi sayang blablanya begini begitu. Not exactly reviewing ya kan... what I'm saying is aku minder HAHAHA.

      Delete
  3. Aaaah okay, I see... Ih ga usah minder kali mas, Movie Journalnya selalu menyenangkan untuk dibaca, dan banyak film yang kemudian aku turut sukaaa. Beneran berasa kayak ngobrol sama temen <3 Maksudku Letterboxd untuk nge-log aja gitu mas, bukan berarti stop Movie Journal trus pindah ke sana hehe, ga ngereview/kasih rating di sana juga gapapaa sesuka hati ja pokoknya hehehe, cuma kupikir (sebagai seseorang yang suka rekomendasi dari mas) kalo ada log di sana juga kan jadi lebih gampang lihat daftar film apa aja yang udah mas tonton gitu... Wow, maaf ya mas kalo malah terdengar kayak suruh-suruh --" Beneran cuma ngajak aja kok karena personally suka Letterboxd wqwqwq. Gimanapun pokoknya aku setia nunggu Movie Journal deh kalo gitu, thank you Mas Cavin~ Hehehe

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts