(Ada yang ngajak gue kawin lari di Ask.fm...)
Pak Yongki meninggal,
dan seluruh anak UPH - yang DKV, kayaknya lagi berkabung.
Grup Line yang isinya temen temen kampus pun.
Semuanya pingin jenguk dan nyumbang pas Beliau masih sakit.
Lalu sekarang semuanya pingin melayat dan bawa uang duka.
Dan gue merasa.. dingin dan jahat karena gue merasa biasa aja.
Gue gak ngomong terang terangan sih, tapi...
Entahlah. Gue tahu Pak Yongki figur yang disegani,
dia profesor desain grafis, pioneer, kepala jurusan, dan lainnya - lo paham lah gambarannya seperti apa. Beliau suka ngajak murid muridnya ke Bali lihat alam dan belajar keramik atau apapun.
Gue sendiri, gue gak pernah ikutan. Gue cuma dengar.
Gue pernah ikut kelasnya, diajar dia, beberapa kali.
Gue ambil kelas dia sebagai mata kuliah pilihan, Sejarah Kebudayan Timur.
Gue ingat kita nonton Dreams nya Akira Kurosawa di kelas.
Gue ingat dia curhat dan ngedumel banyak hal di kelas.
Dia baik banget, dia gak pelit nilai pula pas sidang.
Buku yang menurut gue jelek banget aja nilainya sama persis sama gue. *eee kok sombong*
Cuma maksud gue, I respect him so much but I don't feel any...
Apayah? Connection? Gue gak ada relasi akrab atau semacamnya semasa kuliah sama Beliau. Heartstring gue gak berasa dibetot betot atau apa gitu.
Tapi masalahnya kayaknya kok gue sendirian dan yang lain kayaknya sedih banget.
I'm not a cold heart bitch kan??? Atau gue se-ignorant itu pas kuliah?
Anyway, my deepest condolences untuk Pak Yongki dan keluarga.
Gue yakin keluarganya pun bangga karena Pak Yongki itu seseorang.
He is a great teacher.
- - -
On a lighter note...
Gak ada.
Hati gue pun lagi gelap dan butek beberapa hari belakangan ini.
Kayak, tenang situasinya tapi entah kenapa... kayaknya bakalan ada sesuatu.
Kayak mau badai gitu. Atau tsunami. Surut dulu airnya terus tiba tiba whoosha.
Semoga tsunami atau badainya berupa kabar baik dan gue saking bahagianya sampai becek kemana mana eh gimana ini metafora nya kemana mana.
AAAAHHHHHHHH. I feel like punching some...thing. Guling misalnya. Brb.
dan seluruh anak UPH - yang DKV, kayaknya lagi berkabung.
Grup Line yang isinya temen temen kampus pun.
Semuanya pingin jenguk dan nyumbang pas Beliau masih sakit.
Lalu sekarang semuanya pingin melayat dan bawa uang duka.
Dan gue merasa.. dingin dan jahat karena gue merasa biasa aja.
Gue gak ngomong terang terangan sih, tapi...
Entahlah. Gue tahu Pak Yongki figur yang disegani,
dia profesor desain grafis, pioneer, kepala jurusan, dan lainnya - lo paham lah gambarannya seperti apa. Beliau suka ngajak murid muridnya ke Bali lihat alam dan belajar keramik atau apapun.
Gue sendiri, gue gak pernah ikutan. Gue cuma dengar.
Gue pernah ikut kelasnya, diajar dia, beberapa kali.
Gue ambil kelas dia sebagai mata kuliah pilihan, Sejarah Kebudayan Timur.
Gue ingat kita nonton Dreams nya Akira Kurosawa di kelas.
Gue ingat dia curhat dan ngedumel banyak hal di kelas.
Dia baik banget, dia gak pelit nilai pula pas sidang.
Buku yang menurut gue jelek banget aja nilainya sama persis sama gue. *eee kok sombong*
Cuma maksud gue, I respect him so much but I don't feel any...
Apayah? Connection? Gue gak ada relasi akrab atau semacamnya semasa kuliah sama Beliau. Heartstring gue gak berasa dibetot betot atau apa gitu.
Tapi masalahnya kayaknya kok gue sendirian dan yang lain kayaknya sedih banget.
I'm not a cold heart bitch kan??? Atau gue se-ignorant itu pas kuliah?
Anyway, my deepest condolences untuk Pak Yongki dan keluarga.
Gue yakin keluarganya pun bangga karena Pak Yongki itu seseorang.
He is a great teacher.
- - -
On a lighter note...
Gak ada.
Hati gue pun lagi gelap dan butek beberapa hari belakangan ini.
Kayak, tenang situasinya tapi entah kenapa... kayaknya bakalan ada sesuatu.
Kayak mau badai gitu. Atau tsunami. Surut dulu airnya terus tiba tiba whoosha.
Semoga tsunami atau badainya berupa kabar baik dan gue saking bahagianya sampai becek kemana mana eh gimana ini metafora nya kemana mana.
AAAAHHHHHHHH. I feel like punching some...thing. Guling misalnya. Brb.
Comments
Post a Comment