the perks of being a 25 y/o spoiled brat.

Kemarin itu gw bertemu Candra, main ke kosan nya yang trippy dan kayak tempat prostitusi.
Gw gak tahu, entah karena lampunya yang kelap kelip temaram atau kasurnya yang agak melesek di tengah atau mungkin musik dari laptopnya, tapi rasanya nyaman sekali.
Plus, ya, Candra nya, ternyata, he's a good company. Kita memang gak pernah hang out beneran, berdua gitu ngobrol beneran terlepas dari tiga hari bersama sama waktu syuting The Backseat.
Yang biasanya berisik berisik melengking ganggu, kemarin dia kaleman dan sok cool gitu.
Then we talked. Gw, gw curhat. Dan Candra being Candra. Mulut rese judes kayak cabe ulek.
Tapi yang paling bikin gw kaget, ngobrol sama Candra itu kayak ngobrol sama diri sendiri.
Diri sendiri, bagian dari diri gw yang selalu tunjuk tunjuk gw sambil merendahkan tapi apa yang dikatakannya itu memang benar adanya. Bagian dari diri gw yang gw umpetin di pojokkan dan gak gw dengerin karena gw memilih untuk mendengarkan gw yang lain, yang delusional, yang eskapis.
Sok banget 'eskapis'. Emang bener gitu penggunaannya? Entah.

Candra bilang gw giant loser.
I am. I'm 25 and I live with my parents money.
Bukannya gw gak tahu, gw tahu banget.
Dan dia ngoceh soal gak bisa hidup ngotot idealis.
Gw pun tahu, tapi selama ini gw gak mau percaya.
Curhat soal gw belum move on dan dia mengeluarkan ocehan berapi panas dan mendidihnya itu.
IHH, gw tahuuu, serius deh, gw sudah pikirin semuanyaaa,
sayangnya gw lebih memilih untuk diam di tempat yang lebih gak nyata.
Karena tempat satunya lagi enggak menarik dan jahat.
Dan gw takut.

Talking to him, it wasn't so much a wake-up call, actually..
It was more like ehmmm...
Snoozing alarm, sayangnya gw selalu memilih untuk bangun 10 menit lagi.

Tapi sekarang mungkin sudah saatnya gw bangun dan mandi air dingin.

- - -

Ngobrol sama Pedud soal kerjaannya di cruise sempat membuat gw iri.
Ide bangun setiap hari dengan jadwal pasti, bekerja, tidur kembali, gak bisa kemana mana,
gaji besar, dan turun di belahan dunia sana walaupun gak bisa lama, bertemu orang manca negara,
itu semua membuat gw tertarik. Itu yang gw perlukan, distraction, distraction yang juga menghasilkan uang. Gw bisa bergerak, kayak robot, hari ke hari. Tanpa mikirin hal hal capek hati lainnya. Dapat uang di akhir bulan, dan gak tahu harus dibelanjakan kemana karena gw di tengah laut - gw jadi bisa menabung! Walaupun, satu kekuatiran terbesar gw adalah SULITNYA INTERNET.
Faktor lain, background gw yang jelas jelas gak nyambung sama industri hospitality bikin gw semakin deg degan, karena peluang gw rasanya kecil sekali. But I sent my CV nonetheless.
Ke dua company. Dan enggak, sudah seminggu dan gw mulai hopeless.

Kemudian dengan randomnya... gw apply ke beberapa tempat jadi spa therapist dan housekeeping di beberapa hotel resort villa di Bali. Maaf maaf kalau gw gak ambisius tapi sejujurnya gw cuma butuh untuk kabur sejenak sembari melakukan sesuatu. Di lapangan, bukan di belakang meja, dan bebersih itu therapeutic buat gw. Jadi ingat Honey & Clover, Takemoto-kun mempertanyakan dirinya sebagai artist, kebingungan soal masa depan, dan dia pergi soul searching, bersepeda sampai ke ujung Jepang.
Mungkin itu, itu yang gw butuhkan. Gw gak mau bersepeda ke Ujung Kulon atau apa sih, apa kabarnya betis gw. Cuma, yaa lo mengerti kan maksud gw? Dan gw merasa tolol ngobrol sama blog. Seakan akan lo hidup, blog... goblog. Toh suatu hari nanti mimpi gw punya spa cantik untuk tante tante sosialita di sebuah boutique hotel atau apa, kenapa enggak gw mencoba dari bawah?

Tapi ya lagi lagi, gw gak mendapatkan callback sama sekali. Suatu hari, gw sudah muak dan siap meledak kapan aja, hari itu hari dimana kami serumah harus menyalakan lilin di altar oma dan kungkung - hari dimana gw berdoa, biasanya gw cuma mendoakan oma dan kungkung, untuk gak usah kuatir lagi soal kami yang di bawah, karena semuanya baik baik saja, lalu gw mengucap syukur atas semua yang gw punya, dan semoga terus kami sekeluarga, stev, teman teman, dan org org yg gw sayangi untuk terus diberkati dan semuanya baik baik saja. Gw hampir enggak pernah minta apa apa lagi. Tapi kali ini gw minta tolong, untuk diberikan... pertanda. Apa ajah. Diberakkin burung atau apa. Kemana gw harus pergi. Dimana gw harus mulai.

Besok paginya, jam setengah sembilan, saat gw masih pulas pulasnya tidur... telepon bunyi dan nomor tak dikenal yang sepertinya nomor dari luar kota menelepon. Jantung gw mencelos.
Halo-kami-dari-PT-sekian-sekian-apa-benar-ini-cavin-lalala~~~ shit. Hotel ituu. Dia memastikan gw apa gw tahu kalau hotel mereka itu di Bali, dan gw di Jakarta, haha. Gw bilang itu tujuan gw. Si ibu yang terdengar super ramah ayu dan berwibawa itu nanya apa gw keberatan kalau bekerja di Bali dan gw bilang itu memang tujuan gw apply kesana. Dia menanyakan umur gw, dan dia bilang oh-sudah-dewasa-itu-mah-ya-jadi-gak-perlu-kuatir saat gw sebut umur gw. Dia bilang background nya memang jauh sekali tapi dia tertarik dengan resume gw dan akan meneruskan resume gw ke "Ibu" yang gw asumsikan adalah atasannya. Empat hari kemudian... belum ada kabar apa apa lagi.

Gw sudah excited setengah mati... yuk kita minta ijin sama orang tua...
Setelah nyokap memberikan tatapan judgemental ke arah gw saat gw bilang gw mau kerja di Bali sebagai therapist atau housekeeping - yang sumpah lebih parah daripada waktu itu gw bilang gw mau coba iseng apply jadi barista Starbucks - gw rasanya pingin jungkir balikkin meja. Belum lagi dia bilang jadi therapist itu fisiknya harus kuat loh. Terus maksud mami aku lemah? "Ya enggak..." TERUS APA KOK DIEM. Gw benci yah dianggap sebelah mata gitu. Kayak pas gw ngomong soal cruise ke Stev dan dia yang "kurasa kamu gak akan tahan" itu kayak... orang orang terdekat aja ngomong begitu. Terlepas dari kuat enggak kuat bisa enggak bisanya gw, bukan itu yang mau gw dengar, gw cuma mau support. Andaikan memang gw gak bisa dan gak kuat, so be it, it's my problem and I'm gonna fix it with my own way. Kalau engga gw belajarnya darimana. Tapi pada akhirnya dia cuma bilang "Ya coba, coba aja, kamu tuh sudah terlalu lama nungguin si aktor-aktoran itu."
BIKIN MAKIN KESEL KAYAK IYA GW JUGA TAHU CUMA KALAU DISEBUT LANTANG BEGITU RASANYA PINGIN MARAH JADINYA.

Kemudian babeh, dan dia kaget, dan dia yang jauh amaaaaat, nanti makan gimanaaa, nanti sakit gimana, nanti keluarga sakit gimanaaaa. Like, that is very sweet. He's worried. But Bali is an hour away. Stop spoiling me. Gw tahu gw anak satu satunya dan.. yampun. Teman teman gw dari pelosok Indonesia aja kuliah di Karawaci dan tinggal sendiri urus ini itu sendiri aja bisa. Apa bedanya sii.
Dia malah menawarkan gw entah jadi apaan di tempat biliar nya yang sebentar lagi buka. Eww no.
Jadi apa? Gw yang disodok?

Saat gw ngedumel malam malam sama ii Aing di dapur (dapur enak banget buat gossip gw ngerti kenapa pantry kantor suka jadi tempat bertukar gossip), yang gw tahu kalau gw ngedumel sesuatu pasti dia buka kartu nyokap ngomong apa sama dia soal gw. Bener aja kan... dia cerita nyokap kuatir babe kuatir - yayaya gw tahu mereka pasti kuatir. Bagaimanapun orang tua mau yang terbaik buat anaknya, no? Nyokap bilang cuma kenapa gw mau jadi terapis, dan katanya ,"Kalau anak gw tolol sih gw gak masalah, tapi anak gw pinter masa mau jadi begituan." Like dohhh, emangnya gw mau berkarier jadi terapis pijat spektakuler dengan totok chakra jutsu sharingan apalahhh. Kan enggak.
Intinya mereka gak lihat dan gak mau DIEM sebentaaaaar aja buat dengerin gw, simak kata kata gw, pahami maksud gw, kalau yang gw butuhkan itu cuma PERGI SEJENAK SAMBIL MELAKUKAN SESUATU. Seriously, adults need to shut up and listen. Stop being so self righteous know it all.

Tahu soal mimpi gw mau punya spa? Gw gak yakin.
Nyokap aja gak tahu gw gak suka alpukat.

AHHHHHH. Rasanya lebih lega. Unek unek ini sudah beberapa hari mulai busuk di dada. Akhirnya bisa diurai juga :(

So now what?

Comments

Popular Posts