*applying bandages*

Halo kamu.
Apa kabar, aku yakin kamu baik aja.
Lebih baik bahkan.
Aku bisa lihat dan akupun ikut senang.
Kantor baru suasana baru kegiatan baru.
Naik gunung dan pergi kesana kemari.
Sama teman adik dan keluarga.
Aku bisa lihat kamu lebih lega dan akupun ikut senang.

Sudah cukup lama sejak terakhir kita ngobrol, dari hati ke hati maksudku.
Aku tahu kemungkinan untuk itu terjadi lagi sangaaat kecil.
Dua tahun lebih kita bareng bareng ajah aku pikir aku sudah ada di dalam,
ternyata aku masih di luar. Kamu dan tempurungmu. Dasar Cancer.
Jadi ya, aku janji aku gak akan ungkit soal apapun lagi.
Aku gak akan ngomong sambil bercanda lagi soal aku yang belum move on,
jadi kamu gak perlu ketawa canggung lagi, atau mengalihkan pembicaraan.
Makanya aku tulis ini. Dibaca atau enggak, tersampaikan atau enggak.
Yang penting, aku lega. I think I owe this to myself.

Uhm... where to start...
Ehm... sejak kamu datang tiba tiba ke rumahku dan kamu ngomong itu semua,
aku belum sempat ngomong apa apa. It took me by surprise. I was stunned. Speechless.
Saat kamu sayang sama seseorang segenap hati jiwa raga lalu tiba tiba putus karena keputusan sepihak, what can you do?
I'm left with all the pieces. My heart, that is.
Cheesy I know. Haha. Kurang dangdut apalagi kalau ngomongin perihal hati.
Lalu kamu pulang dan aku nangis super sesak sampai sakit kepala parah.
Mami bilang mami tahu kalau ini bakal terjadi, dia bilang dia tahu kamu bakalan menyudahi semua ini entah karena pekerjaan atau apa. And she said it's best for me to let you go, cos it's the best for you, and it might be good for me too. So I can concentrate on other aspects in my life.
Kupikir dia bener, masih banyak yang perlu kubenahi juga, diri sendiri, dan apa yang mau kulakukan setelah ini.

Once I loved a guy for four years, one sided love pula.
It couldn't work so we're really good friends now.
I always thought of him as my first love.
Then i met you, kamu orang kedua yang benar benar aku sayang segenap hati,
dan pertama kalinya juga yang perasaannya terbalaskan,
jadi bisa dibilang, kamu juga yang pertama.
Pertama kali juga aku benar benar serius dalam hubungan.
Mikirin masa depan bareng bareng dan hal tolol lainnya.
Pastinya hati kecilku juga skeptis. Who knows what future holds.
Kita bisa aja gak bareng lagi suatu saat nanti, tapi aku yakin, kalau aku pun harus menghabiskan waktuku sama kamu sampai tua, I don't mind. I won't mind. Karena rasanya seperti rumah.
Siapa yang sangka juga waktu itu datangnya lebih cepat. Tiba tiba pula.
Katanya kalau berani jatuh cinta harus siap juga patah hati.
Jadi...

Tapi dua tahun lebih bukan waktu yang sebentar ya.
Kamu sudah jadi bagian dari hari hari ku.
Bahkan kamu pun akrab dengan keluargaku.
Lalu tiba tiba aku ditinggal sendiri dan itu rasanya kosong banget.
Hari setelah itu, aku merasa kaya robot.
I was hollow.
Heck, I didn't even cry.
Brooklyn Nine-Nine was a gooood distraction.
Until the third day after that day, I was eating my lunch,
then I put down the plate and I started crying. So bad.
Sob sob sob.
And that was it.
I often wondered about us at night.
Cried myself to sleep.
But I think I'm okay.

Alasanmu untuk putus itu rasanya masuk akal buatku. Seegois apapun itu alasannya.
Karena aku kenal kamu. Tapi disaat yang bersamaan aku merasa alasanmu itu tolol.
Iya aku tahu kamu selalu melakukan semuanya sendirian, kemudian aku datang,
dan kamu menyesuaikan semuanya karena ada variabel baru,
and to think that you saw it as an obstacle of what you're trying to do in life... that's a total bullshit.
To think that I did nothing but support you in every way, be your safety net, be a person you can bitch about everything to- then you thought of me as an excess baggage of your heavy loads.
Now that's hurtful.

Bulan bulan akhir kita pacaran rasanya semuanya suram.
Kamu pusing dengan banyak hal yang kamu pikirkan saat itu.
Paranoid, menyebalkan, gak mendengarkan apa kata orang lain, sibuk dengan pikiran sendiri.
Pekerjaan, kesehatan, keluarga... Lalu aku merasa kita pun semakin jauh dan jauh.
You didn't let me in. Sekeras apapun aku berusaha ngertiin kamu.
Apa kamu jenuh juga dengan rutinitas kita, cos I want you to come to my house not because you have to - but because you want to see me. Aku ngerti banget kamu capek sama kantor dan datang kerumahku yang jauh dan macet... lalu sampai rumahku kita catch up sebentar dan kemudian kamu mandi dan kamu... tidur. I missed your kisses. Begitu... sampai akhirnya... *sigh*

Apa iya aku terlalu needy. Too clingy.
Whiny.
Maybe I was.
Maybe you think that I was too much for you to handle,
then you decided to drop off some loads.
Dan sialnya itu aku.
Kalau itu bisa buat kamu lebih lega ya sumpah mati aku ikhlas.
There's nobody in this world that wants to see you happy as I do.
For you to be successful. As I do.
And I know you know it too.

Lucu.
Saat bertukar kabar lewat dunia maya aku pikir aku baik baik saja.
Tapi saat kita berhadapan aku rasanya gak kuat. Lalu aku kuat lalu aku gak kuat.

Lalu kamu bilang kalau aku gak boleh bikin akun di gay social media atau apapun itu.
And I made it anyway for silly reasons.
Kupikir kamu gak punya hak lagi atas itu... dan berpikir kalau apps itu bisa... idk. Boosts my all-time-low self esteem (saat itu). Haha. Then I found out yesterday that you got one too!
It's so iroooonic. I always thought of you as a man of his words.
Kalau situasinya kamu gak pernah ngomong soal itu, mungkin saat aku tahu kamu ada apps sialan itu aku akan mengedikkan bahu atau apa. Entahlah. Of course I feel disappointed.
My hand was trembling so badly when I found out. That you, on the apps, 0.001 miles away...

Curiousity kills a fat black cat.

Now all this bad thoughts are surging into my brain.
Jangan jangan kamu putus karena bosan and you made up some reasons.
Apa yang kamu cari disana. Apa kamu sudah bertemu orang orang baru.
Made out. Had sex. Those thoughts, like jabs in my gut.
I wish I didn't find out.

Now please, tell me, hoooow am I supposed to do with all these feelings.
Ya enggak sih, aku tahu aku harus cari tahu sendiri. Hadapin sendiri.
I'll promise to myself I will try my hardest.

It's just...
sad.

But I hope that one day you'll realised how precious I am.
Hahaha.

In the mean time, you're still my best friend, my big brother - you said so yourself.
Can't wait to work with you - one way or another.
Vacation we'll spend together next month - with Rizky too, triforce!
I'm nervous of course, but hopefully... hopefully...

TARIK NAPAS DALAM DALAM.

This is a healing process, I believe.

And oh, If you're seeing someone, feel free to tell me, introduce him to me.
Jangan berpikir untuk... entahlah, jagain perasaanku atau apa.
Seperti yang aku bilang waktu itu, aku gak minta untuk dijagain. So yeah...

Fuck you.

I love you.

You don't get over a broken heart.
You just learn to carry it gracefully.

xxx

Comments

Popular Posts