Belum saatnya, mungkin.


Jadi ceritanya gw pengangguran, dan suatu sore gw sedang nyanyi nyanyi gembira sambil megangin handphone seakan itu adalah mic.
Tiba tiba handphone gw bergetar dan ternyata ada telepon masuk dengan nomor tak dikenal.
Gw menjawab dengan suara gw yang paling cool (tak dikenal gitu, kapanpun, harus tetap cool, ya kan?) dan ternyata itu adalah kepala divisi design dari salah satu majalah laki laki di Jakarta.
Dia tanya apakah gw ngirim cv ke mereka, dan gw dengan bingung jawab, "... uhmm yaa, tahun lalu. Saat saya mau magang. Sudah interview juga dan ditolak. Sudah balik lagi segala ambil portfolio. Katanya situ gak terima magang. Lupa ya? Kok tai sih??"
Tapi enggak.

Gw cuma ngomong ,"... uhmm yaa, tahun lalu. Saat saya mau magang."

Lalu dia menjawab dengan oh tahun lalu pas magang ya lalu sekarang sudah lulus dan tak ada kegiatan kampus tertarik enggak bergabung dengan lalalala.

"Saya tidak menutup kemungkinan sih... boleh, saya mau datang untuk interview."

Dia minta gw untuk datang hari Senin (saat itu hari Kamis kalau gak salah) dan gw berbohong dengan lancarnya bahwa gw ada acara keluarga blablabla. Portfolio dan cv gw belum diperbaharui! Ahahaha. Akhirnya interview pun diundur ke hari Rabu...

Fast forward ke hari Selasa. H-1 sebelum interview.
Gw, Evelyn, dan Ica berkunjung centil ke Grand Indonesia...
Bingung mencari makan hingga kita berjalan lambat menuju Magnum Cafe. Iya cafe lebay dan heboh itu. Kita penasaran dengan apa sihh yang diantriin sampai kayak ngantri dufan begitu.
Penasaran sama cafe yang katanya cuma buka beberapa bulan ajah tapi ternyata sampai sekarang sepertinya gak ada niatan untuk tutup. Penasaran sama cafe yang di depannya ada kereta kuda norak dan bangku-bangku berbentuk Magnum - intinya cafe yang dekornya norak banget (well, buat gw sih). Dan ternyata kita disambut dengan mbak-mbak dan mas-mas yang berkostum ribet ala pangeran atau putri kerajaan... lengkap dengan renda renda tatakan ilernya. Lalu memilih meja di dalam supaya gak dilihat orang (mwahahahaha). Menu nya begitu deh... dan banyak nama makanan yang diulang ulang pakai embel embel "Royale" nya. Udah bingung kali yah mau kasih nama apa. Blablabla. Makanan datang.
Evelyn dengan sop buntut nya yang porsinya lumayan banyak, Ica dengan daging entah apaan dan diapain yang ternyata jauh lebih kecil porsinya dari gambar, dan canneloni atau apalah itu namanya yang berlumuran saus keju - dan juga kecil.

Lalu kami saling mencicipi makanan satu sama lain. Punya Ica bawang putihan banget dan gw hampir nangis karena bawang putihnya nyelip di gigi. Punya Evelyn yah begitu lah, sop buntut, dan punya gw yang menurut gw yaudah aja gitu. Tapi menurut Evelyn dan Ica, makanan gw itu kayak basi dan kejunya bau - yang gw sendiri gak berasa sih... dan gw lahap sampai habis.

Cut the crap.
Sekembalinya gw di rumah, gw begadangan membuat portfolio dan cv...
Entah mengapa tiba tiba perut gw mual nya luar biasa.
Kepala gw mulai sakit, tapi bahkan mual nya lebih hebat dari sakit kepalanya.
Gw coba untuk menahan karena portfolio gw belum selesai. Tau kan rasanya mengerjakan sesuatu, belum selesai dan ditinggal. Rasanya hati itu gatal sekali dan gak tenang.
Akhirnya selesai juga portfolio gw dan gw langsung masuk selimut sambil tiduran dengan posisi terlentang. Memegangi perut.

Dalam beberapa jam gw harus nge print portfolio dan cv di Print Press dan bersiap siap dandan yang ganteng dan mengerjar bus hingga Ratu Plaza dan mencari taxi untuk mencapai kantor majalah tersebut. Long day ahead.

But no. Don't bother.
Gw muntah muntah pagi paginya.
Badan gw panas dan gw demam.
So I called the office and told them that I couldn't make it.
Gadis di ujung telepon sana bilang bahwa dia akan konfirmasi lagi setelah dapat jawaban dari si kepala divisi desain yang akan interview gw - yang sampai sekarang belum ada kabar.

Anyway, bummer...
Gagal interview karena Magnum Cafe?
Bisa jadi, gw gatau apa yang bisa membuat gw mual mual seperti itu.
Maag gw bengkak dan mual banget apalagi saat ditekan.
Menggigil dibalik selimut seharian.
Satu satunya yang terlintas di kepala gw adalah perkataan Evelyn dan Ica soal rasa makanan yang gw pesan itu seperti basi dan kejunya bau.
Gw murka.
Bencinya gak ketolongan saat lihat cafe tersebut.
Rasanya gw pingin lari menghampiri mereka yang antri dan ngomong kenceng kenceng,
"Eh ngapainnnn ngantri makan disini, gak keliatan keren lagi, ntar dikasih keju basi loh!!"

Sebelnya bukan main.

Soal interview, kalau memang jodohnya gw mah... enggak bakal kemana mana yah. Amin.

Comments

  1. Yampun.. kok sedih ya? hanya karena keju basi yang diumpetin dalam rok putri2 dengan kereta kuda tanpa kuda itu? UNTUNG MASIH OGAH MASUK SITU. :P Good Luck!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts