Setan.


I hate my step mother.
Benci. Benci. Benci banget.
Melebihi benci sama tukang bajaj yang nawar gak pakai otak,
tapi tetap narik dan nyetir ugal ugalan.
Melebihi bawang putih.
Melebihi Black Forest, alpukat, dan lemon tea.
Melebihi pelajaran olah raga waktu sekolah dulu.
Melebihi dosen ITU yang mencibir waktu lihat painting gw.
Melebihi bangun pagi dan didesak waktu lagi mumet.
Melebihi baju atau celana basah dan melekat di kulit.
Melebihi keypad blackberry gw yang ngaco nya keterlaluan.
Melebihi anak kampung yang mulutnya kayak kotoran.
Melebihi semua hal yang gw benci - yang gak akan selesai kalau gw sebutkan satu persatu disini.
Bahkan melebihi semua hal-hal itu, dijumlah dan dikalikan setrilyun.

Dia gak bisa disingkirkan di pinggir piring, dibuang ke tong sampah, atau diberikan ke orang yang lebih membutuhkan atau menyukainya.
Dia ada, akan selalu ada (semoga nggak), dengan senyum palsunya, angkuh sombong dan arogannya, dengan segala kekampungannya (sombong tapi kampungan? Gak bisa ya harusnya, tapi ini...), dengan gengsinya yang setinggi langit sedalam lautan, dengan kegilaannya yang semakin lama semakin gak wajar, prasangka dan pikiran pikiran negatifnya. Dia utuh. Hitam kotor dari intinya.

Orang ini... Setan.

I fucking hate my fucking step fucking mother.
Bahkan gw gak tau tepat atau nggak nya penempatan 'fucking' di kalimat barusan.

Wish I could shot her in the head.

Comments

Post a Comment

Popular Posts